Saturday, July 4, 2020

Kalung anti corona karya menteri pertanian buat apa

prototipe produk eucalyptus dokumen humas mentan


Sebetulnya kita mengharapkan terbosan yang baik dan terukur dari para pemimpin Negara ini dalam mengatasi Covid19. Sesuai data dan hasil dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan. Dengan angka-angka yang benar-benar seratus persen valid. Bukan berdasarkan katanya dan dugaan.  Namun kenyataannya berbicara lain.

Menteri pertanian Shahrul Yasin Limpo, sebagai mantan gubernur yang sukses di Sulawesi Selatan,  beliau mungkin  merasa harus turut membantu melawan Covid19 dengan caranya sendiri. Pada tanggal 3 Juli 2020, seusai bertemu menteri PUPR Basuki Hadimuljono menteri SYL mengumumkan produk berbahan eucalyptus yang diklaim antivirus Corona.

Menteri Pertanian mengatakan kementan telah siap memproduksi kalung antivirus Corona. Produk ini adalah hasil penelitian kementan.  Kalung antivirus ini berisi eucalyptus. Yang dianggap bisa membunuh virus corona dan rencananya bulan depan akan diperbanyak. Kalung ini jika dipakai selama 15 menit akan membunuh 42% virus korona.

 Kalung ini akan diproduksi masal bekerjasama dengan perusahaan swasta bulan agustus ini.  Selain kalung,  juga akan dibuat dalam bentuk inhaler , salep , balsam dan defuser. Dan kementerian ini telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan produsen Cap lang, PT. EAGLE INDO PHARMA. Artinya sudah deal.

Diawal-awal pandemi banyak artis menggunakan kalung seperti ini. Saat itu kalungnya buatan Jepang yang isinya bukan berbahan eucalyptus, namun bahan kimia jenis lain. Produk yang sempat booming dikalangan artis ini ternyata tidak berguna sama sekali.  Banyak yang tertipu dan membelinya. Namun ternyata hal ini member ide pihak lain.
Sekedar mengingatkan tentang hal ini, ada cuitan dr. jiemi dalam akun twitternya .
“Gaes gaes, ga usah buang uang buat beli name tag yang dimahalin. Ga ada bukti benda itu efektif mencegah penularan COVID.
Cuci tangan menggunakan sabun (apa aja) dengan air mengalir malah lebih baik.”


Sekarang seorang menteri yang sudah jelas terhormat, pintar dan berkuasa malah memperkenalkan produk yang tidak bisa dipertanggungjawabkan fungsinya. Beda cover tapi isinya sama. Produknya seperti sangat menarik tetapi jika mau berfikir dulu sebelum menggunakannya atau membelinya maka hal ini tidak masuk akal. Hanya sebuah harapan palsu. Menjual ilusi. Dan semakin mempertontonkan betapa mudahnya kita dibodohi. Logikanya jika benda seperti itu terbukti ampuh, maka para tenaga medis tidak perlu pakai baju APD yang ribet dan berlapis. Cukuplah sudah pemberian harapan palsu. Kembalilah pada jalurnya. Wabah ini benar-benar  dijadikan kesempatan  untuk ambil uang. Kemarin universitas di Jawa Timur  membuat obat-obatan yang diklaim ampuh membunuh virus corona. Sekarang kalung. Besok apalagi ? Topi? Ayolah.  Dana yang banyak yang disiapkan pemerintah akhirnya hanya untuk bancakan oknum- oknum dengan dalih  mengatasi Covid19.

Saya jadi berfikir jangan-jangan pandemi ini sengaja dibuat lama. Uangnya besar dan kesempatannya sangat langka. Terapi convalescent plasma yang sudah jelas keampuhannya malah tidak direkomendasikan oleh para dokter yang menangani Covid19,  entah kenapa.  Terapi ini hanya diberikan pada pasien jika pasien yang memintanya, itupun menurut info yang beredar harus debat dulu dengan dokter. Jika sudah benar-benar yakin pasiennya  maka baru diberikan pengobatan terapi plasma. Aneh. Mungkin karena  terapi ini tidak ada lebihnya buat para institusi kesehatan  yang menangani atau apa, sehingga lebih senang menggunakan obat-obat yang sudah pasti ada uangnya. Jelas angka rupiahnya.   Atau karena prosedurnya yang berbelit-belit.  Entahlah.

Menjadi bodoh itu boleh, tapi jangan ngajak-ngajak. Stop mengambil keuntungan dari rakyat. Stop Biaya Rapid test. Stop surat keterangan bebas Covid19. Anggaran dari Presiden cukup untuk itu semua.


SUMBER
FAME.GRID.ID
KOMPAS.COM

No comments:

Post a Comment