prototipe produk eucalyptus dokumen humas mentan |
Sebetulnya kita mengharapkan
terbosan yang baik dan terukur dari para pemimpin Negara ini dalam mengatasi
Covid19. Sesuai data dan hasil dari penelitian yang bisa dipertanggung
jawabkan. Dengan angka-angka yang benar-benar seratus persen valid. Bukan
berdasarkan katanya dan dugaan. Namun
kenyataannya berbicara lain.
Menteri pertanian Shahrul Yasin Limpo,
sebagai mantan gubernur yang sukses di Sulawesi Selatan, beliau mungkin merasa harus turut membantu melawan Covid19
dengan caranya sendiri. Pada tanggal 3 Juli 2020, seusai bertemu menteri PUPR
Basuki Hadimuljono menteri SYL mengumumkan produk berbahan eucalyptus yang
diklaim antivirus Corona.
Menteri Pertanian mengatakan kementan
telah siap memproduksi kalung antivirus Corona. Produk ini adalah hasil penelitian
kementan. Kalung antivirus ini berisi
eucalyptus. Yang dianggap bisa membunuh virus corona dan rencananya bulan depan
akan diperbanyak. Kalung ini jika dipakai selama 15 menit akan membunuh 42%
virus korona.
Kalung ini akan diproduksi masal bekerjasama
dengan perusahaan swasta bulan agustus ini.
Selain kalung, juga akan dibuat
dalam bentuk inhaler , salep , balsam dan defuser. Dan kementerian ini telah
menandatangani perjanjian kerjasama dengan produsen Cap lang, PT. EAGLE INDO
PHARMA. Artinya sudah deal.
Diawal-awal pandemi banyak artis
menggunakan kalung seperti ini. Saat itu kalungnya buatan Jepang yang isinya
bukan berbahan eucalyptus, namun bahan kimia jenis lain. Produk yang sempat
booming dikalangan artis ini ternyata tidak berguna sama sekali. Banyak yang tertipu dan membelinya. Namun ternyata
hal ini member ide pihak lain.
Sekedar mengingatkan tentang hal
ini, ada cuitan dr. jiemi dalam akun twitternya .
“Gaes gaes, ga usah buang uang
buat beli name tag yang dimahalin. Ga ada bukti benda itu efektif mencegah
penularan COVID.
Cuci tangan menggunakan sabun
(apa aja) dengan air mengalir malah lebih baik.”
Sekarang seorang menteri yang
sudah jelas terhormat, pintar dan berkuasa malah memperkenalkan produk yang
tidak bisa dipertanggungjawabkan fungsinya. Beda cover tapi isinya sama. Produknya
seperti sangat menarik tetapi jika mau berfikir dulu sebelum menggunakannya
atau membelinya maka hal ini tidak masuk akal. Hanya sebuah harapan palsu.
Menjual ilusi. Dan semakin mempertontonkan betapa mudahnya kita dibodohi.
Logikanya jika benda seperti itu terbukti ampuh, maka para tenaga medis tidak
perlu pakai baju APD yang ribet dan berlapis. Cukuplah sudah pemberian harapan
palsu. Kembalilah pada jalurnya. Wabah ini benar-benar dijadikan kesempatan untuk ambil uang. Kemarin universitas di Jawa
Timur membuat obat-obatan yang diklaim
ampuh membunuh virus corona. Sekarang kalung. Besok apalagi ? Topi? Ayolah. Dana yang banyak yang disiapkan pemerintah akhirnya
hanya untuk bancakan oknum- oknum dengan dalih mengatasi Covid19.
Saya jadi berfikir jangan-jangan
pandemi ini sengaja dibuat lama. Uangnya besar dan kesempatannya sangat langka.
Terapi convalescent plasma yang sudah jelas keampuhannya malah tidak
direkomendasikan oleh para dokter yang menangani Covid19, entah kenapa. Terapi ini hanya diberikan pada pasien jika
pasien yang memintanya, itupun menurut info yang beredar harus debat dulu
dengan dokter. Jika sudah benar-benar yakin pasiennya maka baru diberikan pengobatan terapi plasma.
Aneh. Mungkin karena terapi ini tidak
ada lebihnya buat para institusi kesehatan yang menangani atau apa, sehingga lebih senang
menggunakan obat-obat yang sudah pasti ada uangnya. Jelas angka rupiahnya. Atau
karena prosedurnya yang berbelit-belit. Entahlah.
Menjadi bodoh itu boleh, tapi
jangan ngajak-ngajak. Stop mengambil keuntungan dari rakyat. Stop Biaya Rapid
test. Stop surat keterangan bebas Covid19. Anggaran dari Presiden cukup untuk
itu semua.
SUMBER
FAME.GRID.ID
KOMPAS.COM
No comments:
Post a Comment