jembatan impian diatas sungai ciliwung antara kampung pulo dan Bukiduri |
Siang hari, menelurusi bantaran sungai
Ciliwung hasil normalisasi sungai di kampung Pulo dan Bukitduri peninggalan
Ahok, menyusuri jalan baru yang sudah dibeton kuat. Menyusuri perubahan besar
warga penghuni pinggiran sungai ciliwung di kelurahan bukit duri. Panas dan
gersang itu kesan pertama yang dirasakan.
Sungai Ciliwung sepanjang 1,5 kilometer itu tidak mempunya jembatan sama
sekali. Hanya sampan penyebrangan yang sekarang teronggok karena sudah mulai
jarang dipakai. Apalagi air sungai sedang surut.
Masyarakat yang tinggal
diseberang sungai yaitu di kampung Pulo
harus memutar jauh jika akan menyeberang ke Bukit duri. Jika dulu dengan 2000
rupiah bisa menyeberang. Sekarang harus mencari motor atau ngojek baru bisa ke
seberang. Jalan kaki akan memutar jauh. Dan itu sangat melelahkan bagi rakyat
kecil yang kemana-mana harus jalan kaki. Tidak semua warga di Jakarta bisa naik
motor loh, juga tidak semua warga di Jakarta
kaya dan mampu membeli motor. Biasanya mereka yang dari bukit duri tanjakan
akan ke Pasar Jatinegara dan jalan utama Jatinegara untuk naik angkutan
umum. Dan merekalah yang sangat memerlukan
jalan pintas. Anak sekolah , pekerja dan masih banyak lagi.
Tempat ini butuh jembatan. Itu
yang pertama kali terlintas dalam kepalaku.
Jembatan adalah struktur yang dibuat
untuk menyebrangi jurang dan rintangan. Rintangan bisa berupa rel, sungai
kereta ataupun jalan tol. Struktur ini
membuat dua bagian yang terputus menjadi tersambung. Seperti aku dan kamu. Tujuannya
dibuat untuk memperpendek jarak tempuh ,
memudahkan pekerjaan sudah pasti, fungsi sosialnya untuk menghubungkan 2 tempat
yang berbeda mejadi erat dan ketentraman wilayah itu jadi lebih baik. Juga bisa
menjadi jalur evakuasi ketika dilanda banjir kiriman yang sering melanda
wilayah ini.
Mengapa tidak pernah terpikirkan
oleh gubernur yang saat ini sedang menikmati singgasananya di balaikota. Padahal
awal Januari tahun ini menengok warganya yang kebanjiran saat itu sambil negdumel, normalisasi sudah tapi
banjir datang juga. Padahal Jembatan merupakan bentuk prestasi dan tolak ukur
kemajuan suatu negara, pemerintahan, gubernur.
Jembatan akan menciptakan kesimbangan dalam politis. Siapa yang bangun jembatan
akan diingat selama jembatan itu ada. Apalagi jika buah karyanya sebuah
masterpiece yang instagramable.
Banyak manfaatnya. Kenapa tidak
segera dibangun. Milyaran duit sudah pasti didapat dari reklamasi eh perluasan
daratan. Mengapa tidak diberikan barang seupil hasil perluasan Ancol untuk membangun jembatan manusia di sini. Pajak yang didapat dari rumah, pajak tanah,
pajak motor, pajak penghasilan dan pajak-pajak lainnya
itu jumlahnya tidak sedikit. Sayang jika hanya ditumpuk. Atau sudah
habis ? Hil yang mustahal kata srimulat.
Everything is temporary
Everything will slide
Love will never die
Ayolah pak gubernur, berikan cintamu pada wargamu. Hidup itu
sementara. Mumpung ada kesempatan berkarya dan beramal pada warga miskin,
pejalan kaki, nenek-nenek renta, anak-anak sekolah. Belum tentu tahun depan bapak masih duduk
disitu. Saya yakin itu.
Hey bung Karno, nyenyakkah tidur abadimu? Melihat negerimu yang kaya diperintah pejabat
yang miskin hatinya.
SUMBER
Dpupr.serangkab.go.id
No comments:
Post a Comment