Monday, July 6, 2020

Jembatan impian diatas sungai ciliwung

jembatan impian diatas sungai ciliwung antara kampung pulo dan Bukiduri

Siang hari, menelurusi bantaran sungai Ciliwung hasil normalisasi sungai di kampung Pulo dan Bukitduri peninggalan Ahok, menyusuri jalan baru yang sudah dibeton kuat. Menyusuri perubahan besar warga penghuni pinggiran sungai ciliwung di kelurahan bukit duri. Panas dan gersang itu kesan pertama yang dirasakan.
Sungai Ciliwung sepanjang 1,5  kilometer itu tidak mempunya jembatan sama sekali. Hanya sampan penyebrangan yang sekarang teronggok karena sudah mulai jarang dipakai. Apalagi air sungai sedang surut.

Masyarakat yang tinggal diseberang sungai yaitu  di kampung Pulo harus memutar jauh jika akan menyeberang ke Bukit duri. Jika dulu dengan 2000 rupiah bisa menyeberang. Sekarang harus mencari motor atau ngojek baru bisa ke seberang. Jalan kaki akan memutar jauh. Dan itu sangat melelahkan bagi rakyat kecil yang kemana-mana harus jalan kaki. Tidak semua warga di Jakarta bisa naik motor loh,  juga tidak semua warga di Jakarta kaya dan mampu membeli motor. Biasanya mereka yang dari bukit duri tanjakan akan ke Pasar Jatinegara dan jalan utama Jatinegara untuk naik angkutan umum.  Dan merekalah yang sangat memerlukan jalan pintas. Anak sekolah , pekerja dan masih banyak lagi.

Tempat ini butuh jembatan. Itu yang pertama kali terlintas dalam kepalaku.

Jembatan adalah struktur yang dibuat untuk menyebrangi jurang dan rintangan. Rintangan bisa berupa rel, sungai kereta ataupun jalan tol. Struktur  ini membuat dua bagian yang terputus menjadi tersambung. Seperti aku dan kamu. Tujuannya  dibuat untuk memperpendek jarak tempuh , memudahkan pekerjaan sudah pasti, fungsi sosialnya untuk menghubungkan 2 tempat yang berbeda mejadi erat dan ketentraman wilayah itu jadi lebih baik. Juga bisa menjadi jalur evakuasi ketika dilanda banjir kiriman yang sering  melanda  wilayah ini.

Mengapa tidak pernah terpikirkan oleh gubernur yang saat ini sedang menikmati singgasananya di balaikota. Padahal awal Januari tahun ini menengok warganya yang kebanjiran  saat itu sambil negdumel, normalisasi sudah tapi banjir datang juga. Padahal Jembatan merupakan bentuk prestasi dan tolak ukur kemajuan suatu negara,  pemerintahan, gubernur. Jembatan akan menciptakan kesimbangan dalam politis. Siapa yang bangun jembatan akan diingat selama jembatan itu ada. Apalagi jika buah karyanya sebuah masterpiece yang instagramable.

Banyak manfaatnya. Kenapa tidak segera dibangun. Milyaran duit sudah pasti didapat dari reklamasi eh perluasan daratan. Mengapa tidak diberikan barang seupil hasil perluasan Ancol  untuk membangun jembatan manusia di sini.  Pajak yang didapat dari rumah, pajak tanah, pajak motor, pajak penghasilan dan pajak-pajak  lainnya  itu jumlahnya tidak sedikit. Sayang jika hanya ditumpuk. Atau sudah habis ?  Hil yang mustahal kata srimulat.

Everything is temporary
Everything will slide
Love will never die

Ayolah pak gubernur, berikan cintamu pada wargamu. Hidup itu sementara. Mumpung ada kesempatan berkarya dan beramal pada warga miskin, pejalan kaki, nenek-nenek renta, anak-anak sekolah.  Belum tentu tahun depan bapak masih duduk disitu. Saya yakin itu.

Hey bung Karno, nyenyakkah tidur abadimu?  Melihat negerimu yang kaya diperintah pejabat yang miskin hatinya.

SUMBER
Dpupr.serangkab.go.id


No comments:

Post a Comment