Saturday, July 18, 2020

Fabel dari India, gajah dan teman teman


Kuil Akshardham di Delhi  adalah contoh sempurna dari kolaborasi tradisi dan  inovasi   artistik  yang menginspirasi.  Alih-alih membuat replikasi masa lalu,  mereka membuat ukiran dan diorama  inspiratif yang berkaitan dengan gajah - seperti bagaimana gajah dan manusia berbagi hubungan dekat, bagaimana gajah diberkati oleh yang ilahi dan cerita-cerita dari Pancatantra lainnya.

Pancatantra adalah karya sastra dunia yag berasal dari Kashmir India, Pancatantra artinya 5 ajaran. Yang merupakan lima aspek yang berbeda dari ajaran sang guru. Murid sang brahmana itu adalah 3 putera Prabu Amarasakti. Ciri utama pancatantra adalah kisah fabel. Cerita fabel ini menyebar  keseluruh dunia. Setiap wilayah dan Negara mempunyai gubahan masing-masing yang disesuaikan dengan wilayah dan kebudayaan masyarakatnya.

 Berikut adalah beberapa contoh dari kisah-kisah ini seperti yang diukir di Gajendra Peeth karya Swaminarayan Akshardham yang belum pernah kita dengar.

 Kisah kambing, singa dan gajah

Seekor kambing yang tersesat  di hutan gelap, di sana dia melihat jejak telapak singa. Berharap akan mendapat perlindungan dari sang  raja hutan. Kambing itu menyusuri  jejaknya.  Kambing itu berharap kepada sang raja yaitu  singa untuk menyelamatkan diri dari serangan  binatang liar di hutan.

 Ketika sampai ke tempat singa,  kambing mengutarakan keinginanya. Singa merasa  senang melihat kepercayaan kambing kecil itu pada jejak kakinya.  Dia memberkati dia dengan perlindungan dan memanggil gajah, menempatkan kambing di kepala gajah untuk membawanya dengan aman dan terhormat ke rumahnya diluar hutan.
 Moral dari kisah ini adalah  bahkan mahluk biasa pun dilindungi dan mendapatkan kebesaran dengan berlindung kepada yang  kuasa.


Kisah emas sebanyak gajah

Suatu ketika seorang raja senang dengan keterampilan penyair dan berjanji untuk memberinya hadiah emas setara dengan berat seekor gajah.  Tapi itu menciptakan tantangan - bagaimana seseorang bisa menimbang gajah?  Seorang pendeta yang cemerlang menemukan solusinya.  Seekor gajah dibawa ke perahu.  Kedalaman kapal tenggelam ke dalam air ditandai.  Kemudian gajah dituntun keluar dari kapal dan kapal diisi dengan emas sampai turun ke tanda yang sama.  Ini adalah berat emas yang setara dengan satu gajah.  Raja terkesan dengan kecerdasan menterinya - dan mereka sekarang tahu bagaimana menemukan berat seekor gajah.


 Kisah Bima membawa Airavat


Airavat adalah  raja dunia binatang dan kendaraan Indra, penguasa surga.  Airavat adalah gajah putih dengan tujuh belalai, tubuhnya berlapis baja alami dan kebal terhadap api dan cedera.  Ketika Kunti, ibu dari Pandawa, melihat refleksi Airavat di lantai ajaib istana Indraprastha, ia ingin melihat dan menyembahnya secara langsung.  Untuk memenuhi keinginan ibunya, Bhima mencapai surga, mengalahkan kekuatan yang melindungi gajah itu dan dengan bangga membawa Airavat dari surga.
 Bhima menciptakan jalur panah antara langit dan bumi untuk keturunan gajah.

 Kisah dari Mahabharata ini bertujuan untuk menunjukkan bahwa adalah kewajiban anak-anak untuk memenuhi keinginan orang tua mereka.

 Kisah anjing menggonggong gajah berlalu

Sekelompok anjing liar berkomplot melawan gajah yang mendekat.  Mereka berusaha menyerang dan melukainya, tetapi gajah itu terlalu besar dan kuat.  Mereka memutuskan untuk menakut-nakuti dengan menggonggong dan melolong, tetapi gajah itu terlalu besar untuk mengindahkan.  Dikatakan bahwa,

 "Biarkan anjing menggonggong, gajah tidak berhenti untuk mendengarkan atau melihat ke belakang, atau mengubah jalannya.


Gajendra Peeth, yang berada di  pradakshina , adalah fitur unik dan menawan dari Swaminarayan Akshardham dan merupakan kebangkitan kembali inspirasi dari tradisi arsitektur kuno.  Risalah arsitektur kuno seperti Mayamtam, Shilpa Ratnakar, Diparnav dan yang lainnya meresepkan gajsthar (alas gajah) untuk istana dan mandir.  Tradisi ini ditemukan di Kailas Mandir kuno Ellora, yang berusia 1.300 tahun dan di Mahabalipuram Mandir yang berusia 1400 tahun.  Sebelum abad ke-12, banyak mandir mengikuti tradisi ini dengan memiliki gajsthar.  Gajsthar besar dari Swaminarayan Akshardham menandai kembalinya tradisi ini dengan berani.


Penutup
Cerita fabel dari pancatantra adalah induk dari semua cerita fabel yang ada didunia, Hikayat Kalilah dan Daminah adalah cerita berbahasa Melayu yang diterjemahkan dari bahasa Arab yang diterjemahkan dari bahasa Persia yang diterjemahkan dari bahasa sansekerta. Di Prancis , Jean de la Fontaine menulis FABLES yang terdiri 12 jilid. Kalau di Indonesia cerita fabel masuk ke dalam cerita jataka. Cerita ini kita bisa lihat pada relief-relief candi di pulau Jawa. Dari candi Sojiwan kita dapati cerita kera dan Buaya. Dari Candi mendut kita bisa lihat cerita Brahmana dan kepiting. Hampir semua candi menyelipkan relief cerita fable di dindingnya.  Untuk relief fabel gajah di Indonesia ada di candi Sojiwan, namun sampai saat ini saya belum menemukan kisah versi Indonesianya.



SUMBER
WIKIPEDIA

WIKIPEDIA.COM
AKSHARDHAM.COM

Read More..

Monday, July 6, 2020

Jembatan impian diatas sungai ciliwung

jembatan impian diatas sungai ciliwung antara kampung pulo dan Bukiduri

Siang hari, menelurusi bantaran sungai Ciliwung hasil normalisasi sungai di kampung Pulo dan Bukitduri peninggalan Ahok, menyusuri jalan baru yang sudah dibeton kuat. Menyusuri perubahan besar warga penghuni pinggiran sungai ciliwung di kelurahan bukit duri. Panas dan gersang itu kesan pertama yang dirasakan.
Sungai Ciliwung sepanjang 1,5  kilometer itu tidak mempunya jembatan sama sekali. Hanya sampan penyebrangan yang sekarang teronggok karena sudah mulai jarang dipakai. Apalagi air sungai sedang surut.

Masyarakat yang tinggal diseberang sungai yaitu  di kampung Pulo harus memutar jauh jika akan menyeberang ke Bukit duri. Jika dulu dengan 2000 rupiah bisa menyeberang. Sekarang harus mencari motor atau ngojek baru bisa ke seberang. Jalan kaki akan memutar jauh. Dan itu sangat melelahkan bagi rakyat kecil yang kemana-mana harus jalan kaki. Tidak semua warga di Jakarta bisa naik motor loh,  juga tidak semua warga di Jakarta kaya dan mampu membeli motor. Biasanya mereka yang dari bukit duri tanjakan akan ke Pasar Jatinegara dan jalan utama Jatinegara untuk naik angkutan umum.  Dan merekalah yang sangat memerlukan jalan pintas. Anak sekolah , pekerja dan masih banyak lagi.

Tempat ini butuh jembatan. Itu yang pertama kali terlintas dalam kepalaku.

Jembatan adalah struktur yang dibuat untuk menyebrangi jurang dan rintangan. Rintangan bisa berupa rel, sungai kereta ataupun jalan tol. Struktur  ini membuat dua bagian yang terputus menjadi tersambung. Seperti aku dan kamu. Tujuannya  dibuat untuk memperpendek jarak tempuh , memudahkan pekerjaan sudah pasti, fungsi sosialnya untuk menghubungkan 2 tempat yang berbeda mejadi erat dan ketentraman wilayah itu jadi lebih baik. Juga bisa menjadi jalur evakuasi ketika dilanda banjir kiriman yang sering  melanda  wilayah ini.

Mengapa tidak pernah terpikirkan oleh gubernur yang saat ini sedang menikmati singgasananya di balaikota. Padahal awal Januari tahun ini menengok warganya yang kebanjiran  saat itu sambil negdumel, normalisasi sudah tapi banjir datang juga. Padahal Jembatan merupakan bentuk prestasi dan tolak ukur kemajuan suatu negara,  pemerintahan, gubernur. Jembatan akan menciptakan kesimbangan dalam politis. Siapa yang bangun jembatan akan diingat selama jembatan itu ada. Apalagi jika buah karyanya sebuah masterpiece yang instagramable.

Banyak manfaatnya. Kenapa tidak segera dibangun. Milyaran duit sudah pasti didapat dari reklamasi eh perluasan daratan. Mengapa tidak diberikan barang seupil hasil perluasan Ancol  untuk membangun jembatan manusia di sini.  Pajak yang didapat dari rumah, pajak tanah, pajak motor, pajak penghasilan dan pajak-pajak  lainnya  itu jumlahnya tidak sedikit. Sayang jika hanya ditumpuk. Atau sudah habis ?  Hil yang mustahal kata srimulat.

Everything is temporary
Everything will slide
Love will never die

Ayolah pak gubernur, berikan cintamu pada wargamu. Hidup itu sementara. Mumpung ada kesempatan berkarya dan beramal pada warga miskin, pejalan kaki, nenek-nenek renta, anak-anak sekolah.  Belum tentu tahun depan bapak masih duduk disitu. Saya yakin itu.

Hey bung Karno, nyenyakkah tidur abadimu?  Melihat negerimu yang kaya diperintah pejabat yang miskin hatinya.

SUMBER
Dpupr.serangkab.go.id


Read More..

Saturday, July 4, 2020

Kalung anti corona karya menteri pertanian buat apa

prototipe produk eucalyptus dokumen humas mentan


Sebetulnya kita mengharapkan terbosan yang baik dan terukur dari para pemimpin Negara ini dalam mengatasi Covid19. Sesuai data dan hasil dari penelitian yang bisa dipertanggung jawabkan. Dengan angka-angka yang benar-benar seratus persen valid. Bukan berdasarkan katanya dan dugaan.  Namun kenyataannya berbicara lain.

Menteri pertanian Shahrul Yasin Limpo, sebagai mantan gubernur yang sukses di Sulawesi Selatan,  beliau mungkin  merasa harus turut membantu melawan Covid19 dengan caranya sendiri. Pada tanggal 3 Juli 2020, seusai bertemu menteri PUPR Basuki Hadimuljono menteri SYL mengumumkan produk berbahan eucalyptus yang diklaim antivirus Corona.

Menteri Pertanian mengatakan kementan telah siap memproduksi kalung antivirus Corona. Produk ini adalah hasil penelitian kementan.  Kalung antivirus ini berisi eucalyptus. Yang dianggap bisa membunuh virus corona dan rencananya bulan depan akan diperbanyak. Kalung ini jika dipakai selama 15 menit akan membunuh 42% virus korona.

 Kalung ini akan diproduksi masal bekerjasama dengan perusahaan swasta bulan agustus ini.  Selain kalung,  juga akan dibuat dalam bentuk inhaler , salep , balsam dan defuser. Dan kementerian ini telah menandatangani perjanjian kerjasama dengan produsen Cap lang, PT. EAGLE INDO PHARMA. Artinya sudah deal.

Diawal-awal pandemi banyak artis menggunakan kalung seperti ini. Saat itu kalungnya buatan Jepang yang isinya bukan berbahan eucalyptus, namun bahan kimia jenis lain. Produk yang sempat booming dikalangan artis ini ternyata tidak berguna sama sekali.  Banyak yang tertipu dan membelinya. Namun ternyata hal ini member ide pihak lain.
Sekedar mengingatkan tentang hal ini, ada cuitan dr. jiemi dalam akun twitternya .
“Gaes gaes, ga usah buang uang buat beli name tag yang dimahalin. Ga ada bukti benda itu efektif mencegah penularan COVID.
Cuci tangan menggunakan sabun (apa aja) dengan air mengalir malah lebih baik.”


Sekarang seorang menteri yang sudah jelas terhormat, pintar dan berkuasa malah memperkenalkan produk yang tidak bisa dipertanggungjawabkan fungsinya. Beda cover tapi isinya sama. Produknya seperti sangat menarik tetapi jika mau berfikir dulu sebelum menggunakannya atau membelinya maka hal ini tidak masuk akal. Hanya sebuah harapan palsu. Menjual ilusi. Dan semakin mempertontonkan betapa mudahnya kita dibodohi. Logikanya jika benda seperti itu terbukti ampuh, maka para tenaga medis tidak perlu pakai baju APD yang ribet dan berlapis. Cukuplah sudah pemberian harapan palsu. Kembalilah pada jalurnya. Wabah ini benar-benar  dijadikan kesempatan  untuk ambil uang. Kemarin universitas di Jawa Timur  membuat obat-obatan yang diklaim ampuh membunuh virus corona. Sekarang kalung. Besok apalagi ? Topi? Ayolah.  Dana yang banyak yang disiapkan pemerintah akhirnya hanya untuk bancakan oknum- oknum dengan dalih  mengatasi Covid19.

Saya jadi berfikir jangan-jangan pandemi ini sengaja dibuat lama. Uangnya besar dan kesempatannya sangat langka. Terapi convalescent plasma yang sudah jelas keampuhannya malah tidak direkomendasikan oleh para dokter yang menangani Covid19,  entah kenapa.  Terapi ini hanya diberikan pada pasien jika pasien yang memintanya, itupun menurut info yang beredar harus debat dulu dengan dokter. Jika sudah benar-benar yakin pasiennya  maka baru diberikan pengobatan terapi plasma. Aneh. Mungkin karena  terapi ini tidak ada lebihnya buat para institusi kesehatan  yang menangani atau apa, sehingga lebih senang menggunakan obat-obat yang sudah pasti ada uangnya. Jelas angka rupiahnya.   Atau karena prosedurnya yang berbelit-belit.  Entahlah.

Menjadi bodoh itu boleh, tapi jangan ngajak-ngajak. Stop mengambil keuntungan dari rakyat. Stop Biaya Rapid test. Stop surat keterangan bebas Covid19. Anggaran dari Presiden cukup untuk itu semua.


SUMBER
FAME.GRID.ID
KOMPAS.COM

Read More..

Friday, July 3, 2020

Belajar dari Katno, belajar jadi kaya

Baso dantahu baso yang siap dikemas untuk dijual.

Namanya Sukatno, seorang perantauan dari Ngawi , Jawa Timur. Meniti karir di kota Jakarta.  Selama ini bekerja  sebagai surveyor sebuah perusahaan riset pemasaran.  Tugasnya keliling kampung, mengetuk pintu demi pintu rumah warga untuk  diwawancara, diminta pendapatnya  tentang  suatu produk atau gossip yang beredar saat ini, atau entah apa saja. Kadang juga sampai keluar kota dia bertugas. Jakarta, Bogor, Sukabumi bahkan Garut. Sudah cukup lama bekerja dan mampu bertahan di ganasnya ibukota sampai mampu  menikah dan mencicil sebuah rumah di bilangan Cileungsi Bogor.

Pada suatu hari mampir ke rumahku. Melihat untaian teh  dan sirop  sachetan yang menggantung di stang dan badan sepedaku yang terparkir di ruang tamu. Maklum rumah kecil di Jakarta yang sempit.
“Itu apa mas?  Dagang ya?”

“Es teh? Mau aku bikinin? Gratis buat kamu mah.”

“Loh,  Bos kok dagang recehan?”

“Namanya hidup No, iseng-iseng berhadiah. Setiap kesempatan musti dicoba. Apalagi di lingkungan yang padat begini, anak-anak banyak . Disaat libur atau siang panas mereka pasti cari jajanan murah. Seribu perak sudah dapat minuman es dingin dan segar. Saya  juga jual es lilin buat variasi kalau mereka bosen dengan es sachetan”

“Iya yah. Cuman disimpen di sepeda gitu saja sudah ada yang beli.  Gak perlu tempat gede”

Lama tidak terdengar kabar darinya, sampai ketika melihat postingan di FBnya , dia jualan es teh sachetan juga.  Ketika kutanya “Dagang ‘No?

“Iya, kan ikutin bos.” Katanya.

Sebulan kemudian ada postingan baru lagi. Mi baso.
“No, dagang baso sekarang?”

“Iya, sepi kalo jualan es saja mah.. sekalian saja sama mi baso. Basonya bikin sendiri, enak loh”

“Oke, kapan-kapan aku mampir.”

Namun seiring berjalannya waktu. Dia menutup jualannya. “ Kenapa No?”

“Capek kalo jual mi baso mah. Pagi pergi ke pasar cileungsi buat giling baso. Siangnya dijual sampai malam. Besoknya pagi-pagi banget  berangkat lagi.  Untungnya kecil, capeknya berasa. Sekarang jualan baso aja tidak pakai mi, kalo ada yang minta baru bikin.  Sekarang turun lagi ke lapangan. Ambil kerjaan lagi. Kembali menjadi surveyor."

Sekian bulan tidak terdengar kabar, sampai kemudian memposting basonya yang sudah matang dan siap dibungkus plastik. "Wah basonya laku  sekarang?

Iya. Kemarin ada yang minta dibikinin. Aku bikinin lebih,  aku pasarkan ke tetangga dan lewat WA. Alhamdulillah ada yang minat. Sedikit-sedikit yang penting rutin. Dan selalu habis. Kali ini tidak terlalu capek. Bikin banyak sekali kemudian tungguin saja sampai laku dan habis. Kalo habis bikin lagi. Gitu aja terus dan Alhamdulillah lancar. Sekarang bayarnya bisa lewati online atau ATM . Tinggal pesen lewat WA atau FB, nanti kirim foto bukti bayar setelah di cek oke langsung dikirim . Gampang dan cepat. Dan kemudian postingan-postingan baso sering muncul di WA dan FBnya. Permintaan konsumen mulai naik. Dan dia pun mulai membuat tahu baso sebagai variasinya. Usahanya berjalan lancar, sedikit namun ada. Internet benar-benar  membantu. Tinggal duduk di rumah  dagangan langsung laku.

Kemudian datanglah Covid19. Banyak karyawan dirumahkan, banyak usaha sepi dan tutup.  Dan dia sudah lebih  fokus di baso dan tahu baso. Postingan makin gencar dan permintaannya dalam beberapa bulan terakhir makin meningkat. Karena  keuntungan yang diambilnya tidak banyak maka harga jual yang dia tawarkan tidak mahal, selain itu  rasanya enak.  Dimasa pandemi ini orang-orang yang awalnya beli untuk dikonsumsi sendiri  sekarang  membeli untuk dijual lagi. Sehingga akhirnya permintaan basonya naik berlipat-lipat, yang mengharuskan dia  mengangkat pegawai.  Sekarang dia  mempunyai 2 karyawan. Dan dalam sehari bisa mendapatkan laba bersih 500ribu rupiah. Rekeningnya di bank mulai menumpuk isinya.  Adiknya , seorang manager di suatu perusahaan akhirnya ikut  meniru bisnis ini,    usaha baso dan tahu basonya  di wilayah lain di Bogor.

Meniru adalah cara belajar yang paling mudah. Diawali dengan meniru jualan es teh dan sirop sachetan kemudian belajar  membuat baso  sampai akhirnya sukses di lingkungannya di Cileungsi. Semua itu proses. Menjadi baik, menjadi kaya, menjadi makmur , menjadi orang yang berguna bagi keluarga dan lingkungannya di masa pandemi ini. Memang usahanya baru dirintis namun menurut saya sudah  pada relnya.

Hidup orang susah ditebak. Jika jalan didepan buntu kita harus memutar, jangan menunggu seseorang mengangkat kita dan membuatkan jalan kita. Awalnya adalah melihat kemudian mencoba, ketika  kita mentok artinya saatnya  adaptif dan segera  bermanufer.  Berbeda dengan usaha Katno yang sukses lewat  kreativitasnya dalam menangkap peluang, usaha saya hancur karena  tidak adaptif. Ketika tetangga kiri kanan  akhirnya ikut  jualan es lilin dan es teh sachetan di rumahnya.  Persaingan terjadi, Jualan mereka lebih banyak dan bervariasi juga ada tv dan tempat parkir sepeda.   Dagangan saya kalah, tidak laku yang akhirnya tutup.  Benar kata orang  Inovasi atau mati.

Saat ini usaha kecil di Indonesia sifatnya hanya untuk bertahan hidup. Mereka tidak memiliki jaringan luas. Bantuan sosial dari pemerintah jarang mereka dapatkan. Untuk naik kelas mereka belum pernah berfikir jauh.  Semoga usaha kecil Sukatno ada yang bantu dan mendapat dukungan pemerintah  sehingga bisa besar dan maju.

Read More..