Membaca buku Eden In The East: Benua Yang Tenggelam Di Asia Tenggara
, membuat saya sedikit kaget. Buku setebal 860 halaman ini secara jelas merinci asal mula manusia dan juga peradabannya. Selama ini dongeng yang menceritakan bahwa manusia pertama turun di jawa atau di Sulawesi dalam I La Galigo saya anggap hanya mitos yang narsis. namun setelah membaca buku ini membuka cakrawala baru tentang asal usul peradaban .
Teori dasarnya nya begini , pada akhir Zaman Es, 20.000 hingga 18.000 tahun yang lalu, Asia Tenggara merupakan sebuah pulau yang besarnya dua kali lipat dari India. Nah, yang menjadi pijakan argumen Oppenheimer untuk mengatakan China, India, Eropa, serta berbagai kerajaan besar berakar dari diaspora penduduk Sundaland adalah buktibukti bahwa sejak sekitar 10.000 tahun yang silam orang-orang di benua yang terbenam ini telah menghidupi dirinya dengan pertanian.
Oppenheimer memperlihatkan bahwa di berbagai penjuru dunia terdapat mitos tentang banjir dan migrasi besar. Di antara orang Yahudi, berkembang cerita tentang Nabi Nuh yang membangun bahtera untuk menghindari banjir murka Tuhan yang membenamkan seluruh Bumi., banjir yang disebutkan dalam kitab suci memang benar-benar terjadi dan menenggelamkan paparan benua Asia Tenggara untuk selamanya. Selain itu dia menunjukkan asal mula manusia, adam dan eva versi yang aslinya dari masyarakat asia tenggara.Tentang bagaimana persaingan dua bersaudara kubil dan habil di Maluku. Tentang Bagaimana cerita rakyat Bawang merah dan bawang putih menjadi cerita cinderella di barat.
Penulis Stephen Oppenheimer mempunyai simpati pada orang-orang Asia Tenggara. Sejak tahun 1970-an, ia bekerja sebagai dokter di sejumlah rumah sakit di wilayah kepulauan ini. Persentuhannya dengan keanekaragaman budaya serta manusia di periode ini membuatnya takjub dan mulai bertanya-tanya. Oppenheimer memperlihatkan bahwa Asia Tenggara lebih dari sekadar pasar produk-produk China. Ada kemungkinan, kepulauan dipandang remeh dalam peta geopolitik dunia sekarang ini merupakan benih-benih sejarah manusia.
Oppenheimer sendiri menegaskan Sundaland bukanlah Atlantis yang dikemukakan Santos dalam buku Atlantis: The Lost Continent. la menilai bukti-bukti yang dikemukakan Santos tidaklah cukup kuat untuk mengatakan Sundaland adalah Atlantis.
"Yang jelas ini adalah salah satu peradaban tertua. Tapi, tidak paling tertua. Karena suatu saat pasti ada lagi yang lebih tua," ujarnya.
Dengan bukti bukti dari kumpulan mitos di seluruh dunia, cukup membuka cakrawala baru tentang Indonesia dan dunia. Dan
secara radikal mengubah pandangan kita sebelumnya tentang prasejarah. Banyak fakta yang mengejutkan dan membuat kita terperangah.
No comments:
Post a Comment